The difficulty of literature is not to write, but to write what you mean
Rabu, 25 Mei 2011
Kamis, 19 Mei 2011
Eksplorasi Properti Psikometris Butir Children’s Depression Inventory (CDI) versi Bahasa Indonesia melalui Teori Respons Butir
Eksplorasi Properti Psikometris Butir Children’s Depression Inventory (CDI)
versi Bahasa Indonesia melalui Teori Respons Butir
Sofia Retnowati & dan Wahyu Widhiarso
Universitas Gadjah Mada
Abstrak
Pengukuran depresi pada anak dan remaja pada banyak penelitian menggunakan Children’s Depression Inventory (CDI) yang dikembangkan Maria Kovacs pada tahun 1992. CDI telah diadaptasi dalam Bahasa Indonesia dan telah banyak dipakai dalam penelitian mengenai depresi pada anak dan remaja di Indonesia, namun belum banyak penelitian yang mengeksplorasi properti psikometrisnya. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi properti psikometris CDI berbasis pemodelan Teori Respons Butir (IRT) yang difokuskan pada butir-butir CDI melalui parameter ambang dan daya beda yang keduanya mempengaruhi besarnya nilai fungsi informasi butir. Parameter ambang menunjukkan tingkat kesulitan butir, parameter daya beda menunjukkan daya beda butir dan fungsi informasi menunjukkan tingkat depresi apa yang diungkap dengan cermat oleh butir-butir CDI. Pemodelan IRT dilakukan dengan menggunakan model respons bergradasi pada remaja di Yogyakarta (N=2987). Hasil pemodelan menunjukkan adanya nilai parameter tingkat kesulitan, daya beda dan fungsi informasi yang bervariasi antar butir CDI. Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa gejala-gejala depresi yang diungkap oleh butir-butir CDI, mengukur tingkat depresi yang berbeda-beda. Sebagian butir lebih cermat untuk mengukur tingkat depresi yang rendah dan sebagian lainnya lebih cermat untuk mengukur tingkat depresi yang tinggi. Informasi mengenai kecermatan butir ini dapat dijadikan pertimbangan untuk mengidentifikasi gejala depresi apa saja yang biasa muncul pada tingkat rendah dan tingkat tinggi pada sampel remaja. Pembahasan temuan ini difokuskan pada konten butir-butir CDI melalui perspektif perkembangan remaja dan konteks budaya Indonesia.
Kata Kunci : Children’s Depression Inventory (CDI), Depresi pada Remaja, Pemodelan Teori Respons Butir (IRT), Fungsi Informasi Butir
versi Bahasa Indonesia melalui Teori Respons Butir
Sofia Retnowati & dan Wahyu Widhiarso
Universitas Gadjah Mada
Abstrak
Pengukuran depresi pada anak dan remaja pada banyak penelitian menggunakan Children’s Depression Inventory (CDI) yang dikembangkan Maria Kovacs pada tahun 1992. CDI telah diadaptasi dalam Bahasa Indonesia dan telah banyak dipakai dalam penelitian mengenai depresi pada anak dan remaja di Indonesia, namun belum banyak penelitian yang mengeksplorasi properti psikometrisnya. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi properti psikometris CDI berbasis pemodelan Teori Respons Butir (IRT) yang difokuskan pada butir-butir CDI melalui parameter ambang dan daya beda yang keduanya mempengaruhi besarnya nilai fungsi informasi butir. Parameter ambang menunjukkan tingkat kesulitan butir, parameter daya beda menunjukkan daya beda butir dan fungsi informasi menunjukkan tingkat depresi apa yang diungkap dengan cermat oleh butir-butir CDI. Pemodelan IRT dilakukan dengan menggunakan model respons bergradasi pada remaja di Yogyakarta (N=2987). Hasil pemodelan menunjukkan adanya nilai parameter tingkat kesulitan, daya beda dan fungsi informasi yang bervariasi antar butir CDI. Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa gejala-gejala depresi yang diungkap oleh butir-butir CDI, mengukur tingkat depresi yang berbeda-beda. Sebagian butir lebih cermat untuk mengukur tingkat depresi yang rendah dan sebagian lainnya lebih cermat untuk mengukur tingkat depresi yang tinggi. Informasi mengenai kecermatan butir ini dapat dijadikan pertimbangan untuk mengidentifikasi gejala depresi apa saja yang biasa muncul pada tingkat rendah dan tingkat tinggi pada sampel remaja. Pembahasan temuan ini difokuskan pada konten butir-butir CDI melalui perspektif perkembangan remaja dan konteks budaya Indonesia.
Kata Kunci : Children’s Depression Inventory (CDI), Depresi pada Remaja, Pemodelan Teori Respons Butir (IRT), Fungsi Informasi Butir
Fakultas Psikologi - Universitas Gadjah Mada
Efikasi Mengajar Sebagai Mediator Peranan Faktor Kepribadian Terhadap Performansi Mengajar Guru
M. Noor Rochman Hadjam dan Wahyu Widhiarso
Universitas Gadjah Mada
Abstrak
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan kepribadian terhadap perilaku (c.q. performansi kerja) relatif rendah yang disebabkan oleh karakteristik konstrak kepribadian yang masih konseptual. Peranan yang bertahap dari konstrak kepribadian menuju konstrak yang lebih operasional yang berfungsi sebagai mediator antara konstrak kepribadian dengan konstrak perilaku kriteria menjadi satu solusi yang potensial. Penelitian ini mewadahi potensi tersebut dengan menguji peranan efikasi mengajar sebagai mediator hubungan antara faktor kepribadian dengan performansi mengajar yang optimal. Konstrak faktor kepribadian yang dilibatkan adalah Kepribadian Lima Faktor (Big Five Personality). Partisipan dalam penelitian ini adalah 142 orang guru yang merupakan perwakilan dari propinsi di Indonesia. Instrumen pengukuran yang diberikan adalah Skala Kepribadian Lima Faktor, Skala Efikasi mengajar dan Skala Performansi Mengajar. Penelitian ini menemukan bahwa peranan faktor kepribadian secara tidak langsung lebih mampu menjelaskan variasi performansi mengajar guru dibanding dengan peranan secara langsung. Kesimpulan tersebut didasarkan pada dua hasil analisis yaitu : (1) hasil analisis regresi bertahap, pada tahap akhir menunjukkan bahwa masuknya faktor-faktor efikasi mengajar dalam persamaan menurunkan peranan faktor-faktor kepribadian terhadap performansi mengajar guru (DF=17,81; p<0,01; DR2=21,8%). Melalui perbandingan nilai koefisien dua jenis peranan (peranan langsung vs tidak langsung) pada pemodelan persamaan struktural (SEM) menghasilkan informasi bahwa peranan tidak langsung lebih signifikan dibanding dengan peranan langsungnya. Temuan tersebut berlaku pada kelima faktor kepribadian yang dilibatkan. Secara umum penelitian ini memberikan masukan bahwa konstrak kepribadian memiliki cakupan yang luas sehingga memerlukan konstrak lain yang lebih spesifik menjadi mediator dalam menjelaskan perilaku kriteria.
Kata Kunci : Kepribadian Lima Faktor, Efikasi Mengajar, Performansi Mengajar, Peranan Tidak Langsung,
Minggu, 15 Mei 2011
Korelasi butir-total Bukanlah Koefisien Validitas Alat Ukur
Masih sering ditemui beberapa peneliti menyamakan korelasi aitem total dengan koefisien validitas. Mungkin ada beberapa referensi yang mengatakan hal tersebut, namun kalau dibaca lebih lanjut maka di dalamnya menjelaskan bahwa validitas tidak sekedar korelasi aitem total. Korelasi aitem-total bukan koefisien validitas. Dia menunjukkan seberapa jauh mampu membedakan skor individu. Kalau butir tersebut mampu membedakan, dia memiliki korelasi aitem-total yang rendah.
Selasa, 10 Mei 2011
Tahap Penyusunan Skala yang Sering Diabaikan : Jumlah Butir di dalam Skala dan Proporsi Jumlah Butir dalam Komponen
Penyusun harus menentukan jumlah butir di dalam skala yang dikembangkan. Demikian tulis beberapa referensi (Gorden, 1977; Hinkin, 2005). Proses ini sering dilewati oleh beberapa penyusun skala. Pada beberapa penelitian skripsi atau tesis jumlah butir tergantung dari berapa butir yang lolos dari uji coba. Kalau butir yang lolos banyak, maka semua butir itu akan dipakai. Proses penyusunan alat ukur tidak hanya menyeleksi butir saja, kemudian memakai butir yang lolos seleksi. Ada seni tersendiri di dalam penyusunan alat ukur, tidak hanya membuang butir tetapi juga menyesuaikan butir dengan desain awal yang dibuat. Tulisan ini mencoba mengupas sedikit permasalahan ini.
Sabtu, 07 Mei 2011
Penulisan Butir dalam Penyusunan Skala Psikologi : Menggunakan Butir yang Umum ataukah yang Khusus
Seorang mahasiswa bertanya, ketika mengukur sikap terhadap pengobatan alternatif ada butir “ Berobat ke pengobatan alternatif akan memberikan banyak manfaat”. Butir ini masuk favorable atau unfavorable? Saya jawab “Favorable”. ”Lha, kan belum tentu Pak? Kan tergantung orangnya, kalau pengobatan altenatif yang sudah teruji, tentu banyak memberikan manfaat. Kalau tidak teruji ya belum tahu memberikan manfaat atau tidak”. Terus bagaimana yang benar? Mari kita diskusikan disini.
Senin, 02 Mei 2011
Sedikit tentang Uji Homogenitas Data | Diskusi Metodologi Penelitian
Dalam statistika ada dua statistik yang seringkali dipakai sebagai perbandingan, yaitu rerata dan varians. Jika membandingkan rerata antar dua kelompok kita akan mendapatkan informasi mana kelompok yang memiliki skor lebih tinggi, maka pada uji homogenitas kita akan mendapatkan informasi mana kelompok yang memiliki data bervariasi. Seringkali peneliti kurang memahami hal ini sehingga saya mencoba menulis sedikit mengenai hal ini.
Baca Selengkapnya di sini
Baca Selengkapnya di sini
Jumat, 29 April 2011
Analisis Faktor Konfirmatori Dua Jenjang dalam SEM
Analisis faktor konfirmatori yang banyak dipakai oleh peneliti adalah analisis faktor dengan satu jenjang atau order. Dari analisis faktor satu jenjang, biasanya memuat satu konstruk laten dengan beberapa indikator, baik berupa kumpulan indikator yang dijadikan satu (aspek/faktor/komponen) maupun langsung berupa butirnya. Dalam kasus pengukuran multidimensi atau pengukuran dengan domain ukur yang luas, konstrak ukur memuat beberapa jenjang. Misalnya dari konstruk dijabarkan menjadi beberapa faktor kemudian tiap faktor tersebut dijabarkan kembali menjadi faktor-faktor baru. Dengan demikian ada dua jenjang konstruk di dalam model.
Rabu, 27 April 2011
Langganan:
Postingan (Atom)
-
Jika teori yang melandasi hipotesis yang ajukan cukup kuat, namun hasil uji statistik tidak menunjukkan ada hubungan atau perbedaan signifi...
-
Tanya . Pak mohon bantuanya,minta contoh tentang skala konstrak:searah.bipolar,dan erthogonal…mohon bantuanya. Konstrak Bipolar vs Ortogon...
-
Dalam melakukan analisis faktor konfirmatori (CFA), a da dua cara yang dapat dilakukan agar model yang kita kembangkan dapat...