Selasa, 10 Mei 2011

Tahap Penyusunan Skala yang Sering Diabaikan : Jumlah Butir di dalam Skala dan Proporsi Jumlah Butir dalam Komponen

Penyusun harus menentukan jumlah butir di dalam skala yang dikembangkan. Demikian tulis beberapa referensi (Gorden, 1977; Hinkin, 2005). Proses ini sering dilewati oleh beberapa penyusun skala. Pada beberapa penelitian skripsi atau tesis jumlah butir tergantung dari berapa butir yang lolos dari uji coba. Kalau butir yang lolos banyak, maka semua butir itu akan dipakai. Proses penyusunan alat ukur tidak hanya menyeleksi butir saja, kemudian memakai butir yang lolos seleksi. Ada seni tersendiri di dalam penyusunan alat ukur, tidak hanya membuang butir tetapi juga menyesuaikan butir dengan desain awal yang dibuat. Tulisan ini mencoba mengupas sedikit permasalahan ini.

A. Tahap Penyusunan Skala Psikologi

Ketika sampai pada tahap penyusunan skala psikologi sampai penulisan butir, pertanyaan yang harus dijawab oleh penyusun skala adalah: Berapa butir yang direncanakan untuk dilibatkan dalam skala tersebut ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita bisa mempertimbangan tujuan pengukuran, keluasan domain ukur, atau karakteristik sampel, dsb.

Proporsi Butir dalam Komponen

Jumlah butir di dalam komponen, mewakili unsur kepentingan ukurnya (Crocker & Algina, 2008). Komponen atau dominan yang dirasa lebih penting memiliki jumlah butir yang lebih banyak dibanding degan komponen lainnya. Jika tidak ada teori atau hasil penelitian yang menjelaskan mengenai komponen tersebut, maka lebih baik jumlah butir dalam komponen adalah seimbang.
From upload

Blue Print Berbeda dengan Tabel Sebaran Butir

Blueprint atau Table Spesifikasi (Crocker & Algina, 2008) adalah panduan yang dipakai oleh penyusun alat ukur. Dengan blueprint yang sama diharapkan alat ukur yang dibuat akan memiliki karakteristik yang sama. Misalnya untuk membuat dua tes yang paralel, maka kedua tes tersebut harus didapatkan dari blueprint yang sama.

Sering saya jumpai beberapa penulis mengatakan Tabel Sebaran Butir sebagai blueprint. Tabel Sebaran Butir berbeda dengan blueprint karena lebih menekankan nomor-nomor butir pada masing-masing komponennya atau arah butir tersebut (favorabel atau non favorabel). Misalnya kita membuat dua tes yang paralel. Dua tes tersebut bisa jadi Tabel Sebaran Butirnya berbeda, namun blueprintnya sama.

Selain itu tabel sebaran butir lebih terkait dengan kegiatan setelah pengukuran dilakukan daripada penyusunan alat ukur. Misalnya untuk melakukan penyekoran, pertimbangan dalam menyeleksi butir, atau konfirmasi hasil analisis faktor.
From upload

Contoh Tabel Sebaran Butir

Tabel di bawah ini adalah contoh Tabel sebaran butir. Di dalamnya ada butir yang direncanakan untuk dipakai dalam skala jadi dan butir yang dipakai dalam skala uji coba. Nomor-nomor butir juga disertakan untuk mengetahui sebaran butir di dalam skala berdasarkan komponennya.

aaaa
From upload
Ada banyak versi tabel sebaran butir, ada yang hingga mendetail hingga favorabilitas butirnya, ada yang hingga dijabarkan sampai fasetnya dan ada juga yang dilengkapi dengan proses kognitif yang dilibatkan dalam butir.

Jumlah Butir Diujicobakan Lebih Banyak dari yang Direncanakan

Dari pertimbangan yang ada, misalnya saya merencanakan skala saya berisi 10 butir. Untuk diujicobakan, maka saya harus membuat jumlah butir yang akan saya ujicobakan (initial items) lebih banyak dari 10 butir. Misalnya 2 kali lipat dari butir yang direncanakan, sehingga jumlah butir yang diujicobakan adalah 20 butir. Hal ini untuk berjaga-jaga butir yang akan saya buat berguguran, setelah diujicoba.

B. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Pada contoh kali ini hasil uji coba hanya saya arahkan pada seleksi butir dan estimasi reliabilitas pengukuran saja. Kita menggunakan korelasi butir total di bawah 0.3 sebagai kriteria penguguran butir. Butir yang memiliki korelasi di bawah 0.3 kita gugurkan.

Kasus 1 : Masih Ada Persediaan Butir

Pada kasus ini butir yang gugur tidak banyak sehingga jumlah butir yang lolos lebih dari yang direncanakan. Kita kelebihan butir, sehingga kita perlu mengugurkan butir lagi untuk menyesuaikan dengan desain awal kita.
Lihat Tabel di bawah ini. Karena tidak ada yang gugur, pada aspek 1 masih menyisahkan 8 butir. Kita harus mengurangi 4 butir lagi agar menjadi 4 butir. Banyak cara yang bisa dipakai untuk mengugurkan. Bisa menggunakan korelasi butir-total lagi, berdasarkan konten butirnya, atau berdasarkan factor loading analisis faktor.

Kasus 2 : Persediaan Butir Masih Kurang

Pada kasus ini butir yang gugur cukup banyak sehingga jumlah butir yang lolos kurang dari yang direncanakan. Misalnya untuk Aspek 1 dan 2. Kita hanya memiliki 3 butir, padahal desain kita berisi 4 butir. Berarti kurang 1 butir lagi.

Kekurangan satu butir ini kita carikan dari butir-butir yang telah digugurkan, akan tetapi yang korelasi butir totalnya mendekati 0.3. Atau setidaknya korelasi butir-totalnya masih di atas yang direkomendasikan oleh para ahli. Misalnya di atas 0.2.
From upload
Jika semua butir yang gugur memiliki korelasi di bawah 0.2, maka menambahkannya ke dalam skala akan mendukung peningkatan validitas isi skala, akan tetapi tidak banyak membantu reliabilitas pengukuran oleh skala. Karena memasukkan butir dengan kualitas yang kurang bagus tidak akan banyak meningkatkan reliabilitas. So, dalam kasus seperti ini, butir-butir yang ditulis perlu direvisi dan diujicobakan lagi.

Penutup

Kesesuaian antara komposisi butir pada skala yang sudah jadi dan skala yang direncanakan sejak awal secara tidak langsung menunjukkan validitas isi skala. Validitas isi menunjukkan seberapa besar skala pengukuran merepresentasikan domain ukurnya. Sementara itu komponen dan proporsi butir-butirnya menunjukkan domain dan jangkauan ukurnya. Jadi, kalau skala yang dihasilkan memiliki komponen dan proporsi butir yang berbeda dengan desain awalnya maka dapat dikatakan skala tersebut validitas isinya kurang memuaskan.

Daftar Pustaka
Crocker, L., & Algina, J. (2008). Introduction to classical and modern test theory. Mason: Cengage Learning.
Gorden, R. L. (1977). Unidimensional scaling of social variables: Concepts and procedures. New. York: Free Press.
Hinkin, T. R. (2005). Scale development principles and practices. In R. A. Swanson & E. F. Holton (Eds.), Research in organizations : Foundations and methods of inquiry. San Francisco, California: Berrett-Koehler Publishers, Inc.

Tidak ada komentar:

Kuliah ATBK - Pengantar CAT