Rabu, 11 April 2012

Analisis Butir pada Kasus Pengukuran yang Multidimensi


Tulisan ini mendemonstrasikan analisis butir yang dilakukan pada pengukuran yang bersifat multidimensi. Pengukuran yang multidimensi adalah pengukuran yang mengukur atribut yang satu dengan lainnya tidak memiliki keterkaitan erat. Meski mengukur konstruk atau variabel yang sama, sebuah alat ukur bisa saja melibatkan bersifat multidimensi. Misalnya tes IQ yang mengukur dua atribut yang tidak memiliki keterkaitan yang erat, yaitu verbal dan performansi. Tes TOEFL juga demikian, ada tiga atribut yang diukur oleh tersebut yaitu listening, structure dan reading. Melakukan analisis butir pada pengukuran yang bersifat multidimensi berbeda dengan pengukuran unidimensi. 

Tabel 1. Butir Skala Citra Diri
No
Pernyataan
1
Saya memiliki wajah yang menarik
2
Saya memiliki tubuh yang atletis
3
Meski tanpa memakai make up wajah saya tetap menarik
4
Badan saya sangat terawat
5
Saya bangga memiliki bentuk wajah seperti
6
Teman-teman mengatakan bahwa wajah saya berseri-seri
7
Saya memiliki badan yang menarik
8
Dilihat dari sisi manapun, wajah saya memancarkan daya tarik tersendiri
9
Badan saya terlihat proporsional
10
Teman-teman memuji bentuk tubuh saya
11
Saya bersyukur memiliki bentuk wajah yang rupawan
12
Saya bersyukur memiliki bentuk badan yang sempurna
13
Sangat membanggakan memiliki tubuh seperti seperti saya
14
Wajah saya sama menariknya dengan wajah fotomodel
15
Hampir tidak ada cela pada setiap bagian wajah saya
16
Saya sering melihat ke cermin untuk memandang wajah saya
17
Saya melihat tidak ada cacat yang berarti pada tubuh saya
18
Wajah saya memiliki karakter yang khas
19
Saya menyukai wajah saya apa adanya

Tabel 1 menunjukkan butir-butir pada Skala Citra Tubuh yang terdiri dari 19 butir. Hasil analisis butir menunjukkan ada 9 butir yang berguguran karena memiliki korelasi butir-total di bawah 0.3 (lihat Gambar 1). Butir gugur biasanya disebabkan karena butir tersebut mengukur sesuatu yang tidak homogen dengan butir-butir yang lain di dalam skala. Akibatnya daya diskriminasi butir tersebut rendah. Widhiarso (2009) mengatakan bahwa pengukuran dalam bidang sosial rentan terhadap pengukuran yang multidimensi. Konsekuensi adanya pengukuran yang multidimensi ini adalah, analisis butir harus dilakukan pada tiap dimensinya (Netemeyer, Bearden, & Sharma, 2003). Jika hasil analisis dilakukan secara bersama-sama maka peneliti akan mendapati butir-butir berguguran seperti yang terjadi pada kasus Skala Citra Tubuh ini. So, mari kita uji apakah Skala Citra Tubuh ini mengukur konstruk yang multidimensi ataukah multidimensi. Teknik analisis yang kita pakai adalah analisis faktor.


Gambar 1. Hasil Analisis Butir

A. Prosedur Analisis Faktor

Program yang kita pakai adalah SPSS. Analisis faktor masuk ke dalam menu reduksi data, karena memang tujuan analisis faktor adalah mengidentifikasi kesamaan pada seperangkat indikator/butir. Dengan adanya kesamaan tersebut maka jumlah indikator menjadi berkurang menjadi jumlah faktor yang dihasilkan. Inilah alasan mengapa analisis butir merupakan teknik pereduksian data.
1.    Tekan Analyze > Data Reduction > Factor Analysis. Lalu masukkan semua butir yang hendak dianalisis
2.    Pada menu Rotation, pilih Varimax atau Oblimin. Pilih Varimax jika anda ingin antar dimensi yang dihasilkan tidak memiliki keterkaitan sama sekali, dan pilih Oblimin jika antar dimensi yang dihasilkan masih memiliki keterkaitan. Dalam ilmu sosial semua variabel berpotensi memiliki keterkaitan, meskipun keterkaitannya kecil. Jadi, dalam kasus ini kita pilih Oblimin. Klik OK.
3.    Kembali ke menu awal. Klik Option lalu centang Supress Small Coefficient. Lalu tulis angka .30. Artinya nilai muatan faktor di bawah 0,3 tidak ditampilkan di tabel.

B. Membaca Hasil Analisis

Semua indikator di dalam skala ketika disatukan akan menjelaskan varians skor sebesar 100%. Nah, pereduksian menjadi indikator yang lebih sedikit tentu akan mengurangi varians skor yang dijelaskan. Lihat Tabel di bawah ini. Pereduksian dari 19 butir menjadi 3 faktor/dimensi mampu menjelaskan total varians sebesar 79,50%. Jumlah ini cukup besar sehingga hasil 3 faktor kita pakai.

Gambar 2. Hasil Analisis Faktor (a)

Sekarang kita akan mencari butir yang menjadi anggota tiap faktor. Caranya adalah melalui korelasi antara butir dan faktor. Setiap butir memiliki korelasi dengan tiap faktor yang dihasilkan. Sebuah butir dapat dikatakan merupakan anggota dari sebuah faktor jika :
1. Korelasi tersebut cukup tinggi (di atas 0.3)
2. Korelasi tersebut paling tinggi diantara korelasi lainnya.


Gambar 3. Hasil Analisis Faktor (b)

Gambar 3 menunjukkan matriks korelasi antara butir dan faktor yang dihasilkan dari analisis (3 faktor). Kita tadi telah menetapkan bahwa korelasi di bawah 0.3 tidak dicetak pada output, hasilnya seperti yang muncul pada Gambar 3. Semua korelasi yang dicetak hanya yang berada di atas 0,3.
Dari sini kita mendapati bahwa Butir 1, 3, 5, 6, dst menjadi anggota Faktor 1 dan Butir 2, 7, 10 dst menjadi anggota Faktor 2. Korelasi antara butir dengan faktor dinamakan dengan muatan faktor (factor loading). Dari analisis faktor kita dapati bahwa anggota butir pada tiap faktor adalah sebagai berikut :
Faktor 1 berisi butir 1, 3, 5, 6, 8, 11, 14, 15, 16, 18, 19
Faktor 2 berisi butir 2, 7, 10, 13
Faktor 3 berisi butir 4, 9, 12, 17

C. Melakuan Analisis Butir Per Faktor

Setelah menemukan faktor dan butir-butirnya, maka analisis butir kita lakukan pada butir-butir dengan faktor yang sama. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketika butir dianalisis sesuai dengan faktornya, maka tidak ada butir yang gugur.


Gambar 4. Hasil Analisis pada Butir-butir Faktor 1


Gambar 5. Hasil Analisis pada Butir-butir Faktor 2


Gambar 6. Hasil Analisis pada Butir-butir Faktor 3

D. Penutup

          Ketika menemukan adanya multidimensionalitas pada hasil pengukurannya, peneliti dapat menghitung reliabilitas pada tiap dimensi atau menggunakan koefisien reliabilitas pengukuran multidimensi. Penggunaan estimasi reliabilitas pada tiap dimensi alat ukur dicontohkan oleh Gosling  dkk. (2003) yang menghitung dimensi Big Five Inventory yang terdiri dari lima faktor. Di penelitian tersebut peneliti menghitung reliabilitas pada kelima faktor sehingga didapatkan lima koefisien reliabilitas. Di sisi lain, penghitungan koefisien reliabilitas pengukuran multidimensi dapat melihat penelitian Brunner dan Suβ (2005) yang menggunakan Koefisien Reliabilitas Konstrak dan Reliabilitas Komposit untuk mengestimasi reliabilitas tes inteligensi yang bersifat multidimensional.

E. Referensi

Brunner, M., & SÜβ, H.M. (2005). Analyzing the reliability of multidimensional measures: An example from intelligence research. Educational and Psychological Measurement, 65(2), 227-240.


Tidak ada komentar:

Kuliah ATBK - Pengantar CAT